T M , Cirebon -Bupati Cirebon menyampaikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Temu Inklusi #6 yang diinisiasi oleh Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia.
Puncak kegiatan ini rencananya akan digelar di Desa Durajaya, Kecamatan Greged, pada 2 hingga 4 September 2025 mendatang.
Dalam sambutannya, Bupati Cirebon, Imron, menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada SIGAB Indonesia selaku penyelenggara.
Menurutnya, tema yang diusung dalam Temu Inklusi, yakni ‘Komitmen, Sinergi, Aksi, dan Kebhinnekaan untuk Indonesia Emas 2045’, merupakan pengingat penting bahwa inklusi adalah proses yang berkelanjutan.
“Tema ini menegaskan bahwa inklusi bukan sekadar sebuah tujuan, melainkan proses berkelanjutan yang membutuhkan keterlibatan seluruh elemen bangsa,” ujar Imron.
“Kebhinnekaan harus menjadi fondasi, serta mendorong sinergi lintas sektor untuk mengubah komitmen ke dalam aksi nyata yang inovatif,” kata Imron dalam Berbagainya di Gedung PGRI, Kecamatan Sumber, Rabu (8/5/2025).
Imron juga menyebut, kegiatan pada hari ini merupakan bagian awal dari rangkaian Temu Inklusi yang akan terus bergulir hingga puncaknya pada awal September.
Ia berharap, kegiatan ini dapat menjadi pemantik semangat membangun masyarakat Kabupaten Cirebon yang lebih inklusif.
“Saya berharap, Temu Inklusi ini dapat menjadi bagian dari upaya untuk mewujudkan terwujudnya masyarakat Kabupaten Cirebon yang inklusif, serta menjadi motivasi dan semangat untuk membangun masyarakat inklusif secara bersama,” tuturnya.
Lebih jauh lagi, Imron menekankan pentingnya sinergi antara organisasi masyarakat dan pemerintah dalam membangun ruang-ruang berbagi praktik yang baik. Ia menyatakan, kegiatan ini juga dapat menjadi penguat gerakan difabel di Kabupaten Cirebon.
“Diharapkan juga dapat menjadi ruang berbagi praktik, baik antarorganisasi masyarakat dengan pemerintah dalam mendorong kehidupan yang inklusif, serta menjadi penguat difabel pada gerakan difabel di Kabupaten Cirebon,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur PKPM Bappenas RI, Tirta Sutedjo, turut mengapresiasi penyelenggaraan Temu Inklusi. Bahkan hal tersebut menjadi ruang untuk memperkuat beberapa indikator pembangunan inklusif dan RPJMN yang harus dicapai dalam pembangunan.
Salah satunya jumlah Unit Layanan Disabilitas Bidang Ketenagakerjaan yang tersedia di tingkat kabupaten/kota dan provinsi.
Serta jumlah difabel yang mendapatkan fasilitas dari ULD Bidang Ketenagakerjaan dan atau dari dinas yang menangani urusan ketenagakerjaan.
Menurut Tirta, tema Temu Inklusi sangat menarik dan dapat menjadi semangat untuk membangun inklusifitas di berbagai sektor.
Temu Inklusi juga penting untuk mendorong partisipasi difabel untuk memperkuat relevansi dokumen perencanaan dan penganggaran daerah dan nasional yang menjawab kebutuhan.
“Organisasi difabel, masyarakat, CSO diharapkan juga dapat berperan sebagai mitra strategis, serta penggerak inovasi pemberdayaan dan partisipasi penyandang disabilitas,” tandasnya dalam sesi Berbagai.
Sementara itu, Direktur SIGAB Indonesia, M Joni Yulianto, menjelaskan bahwa sejak 2024 SIGAB Indonesia telah melangsungkan kerja sama bersama Forum Komunikasi Difabel Cirebon (FKDC) dan Pemkab Cirebon.
Dalam kerangka program Penguatan Inklusi untuk Keadilan dan Hak Difabilitas (SOLIDER) melalui program dukungan INKLUSI-Kemitraan Australia dan Indonesia Menuju Masyarakat yang Inklusif, FKDC telah mendukung perintisan enam desa inklusif, tiga di Kecamatan Greged dan tiga di Kecamatan Lemahabang.
“Kami juga melakukan penguatan ULD Ketenagakerjaan, yang hingga saat ini ada 600 lebih tenaga kerja tersalurkan.Musrembang tematik yang dimulai oleh Bappelitbangda, dan itu semua menjadi bukti, Kabupaten Cirebon menuju pembangunan yang inklusif difabel,” jelasnya.
Joni menerangkan, Temu Inklusi telah berjalan selama 5 periode dan di periode ke-6 akan dilaksanakan di desa Durajaya.
Pemilihan Kabupaten Cirebon sebagai tuan rumah ditentukan melalui tahapan asesmen yang dilakukan sejak Desember 2024 lalu.
Salah satu alasan kuatnya adalah telah banyak praktik baik, bukti baik bagaimana Kabupaten Cirebon mengimplementasikan pembangunan inklusif.
Joni melanjutkan, dalam mempersiapkan penyelenggaraan Temu Inklusi, termasuk telah melangsungkan beberapa pertemuan, baik dengan FKDC, koordinasi dengan perangkat daerah yang difasilitasi Bappelitbangda, termasuk pembentukan panitia di bulan lalu.
“Harapannya, kepanitiaan yang telah terbentuk menjadi tim yang kuat dalam proses penyelenggaraan Temu Inklusi ke-6 ini,” katanya.
Ia juga menargetkan Temu Inklusi ke-6 yang dihadiri oleh 2.000 peserta, dengan harapan berdampak secara ekonomi bagi pemerintah desa yang menjadi lokasi penyelenggaraan Temu Inklusi.
“Ini menjadi ruang interaksi, belajar, menjadikan perbedaan itu bukan sekat, melainkan rahmat dari Tuhan,” imbuhnya. (Mahmud).