TMBekasi- Demi memperkuat spiritualitas umat dalam mencintai dan menjaga lingkungan, penyuluh Agama Kristen Kementrian Agama Kabupaten Bekasi, Ayub Tampubolon MTh., terus bergerak melakukan penghijauan dengan melakukan penanaman pohon Matoa disarana rumah Ibadah yang berada di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Kali ini giat penanaman pohon Matoa di Vhiara Virya Dharma Cibarusah di Jl. Raya Loji Cibarusah, No.26 Cibarusah Kota, Kecamatan Cibarusah. Dalam giat ini, Penyuluh Agama Kristen Ayub Tampubolon MTh., disambut langsung oleh ketua Magabutri Sania Wijaya Oey, SP., dan penyuluh Agama Budha Dhika Wiratama, SPd.
Sebelumnya kegiatan penanaman pohon Matoa, mereka mengadakan karya bakti (tabur bunga) di Taman Pahlawan Bekasi lalu dilanjutkan dengan penanaman pohon Matoa.
Menurut ketua Magabutri, penanaman pohon Matoa dalam konteks agama Buddha di Indonesia, khususnya dalam Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa merupakan wujud kepedulian terhadap lingkungan dan implementasi nilai-nilai Buddhis tentang keseimbangan alam dan manusia.
“Penanaman ini juga merupakan bagian dari upaya pelestarian alam dan menjaga keberlanjutan lingkungan, sekaligus simbol kerjasama lintas agama dalam merawat bumi”, paparnya, Minggu (4/5/2025).
Ditempat yang sama, penyuluh agama Buddha Dhika Wiratama mengatakan, penanaman pohon Matoa juga dilakukan sebagai bagian dari rangkaian perayaan Waisak, yang merupakan perayaan kelahiran, kematian dan pencerahan Buddha.
“Penanaman pohon Matoa sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam dalam ajaran Buddha, penanaman ini merupakan tindakan nyata dalam melestarikan lingkungan “, ucapnya.
Penyuluh Agama Kristen, Ayub Tampubolon MTh., menambahkan, kami dari Kementerian Agama Kabupaten Bekasi akan terus bergerak dalam giat penanaman pohon Matoa lintas agama.
“Bahwa program Asta Protas Menteri Agama mencakup delapan program prioritas, salah satunya adalah penguatan moderasi beragama yang terwujud dalam aksi nyata, termasuk kepedulian terhadap lingkungan”, terangnya.
Penanaman pohon Matoa, masih Ayub Tampubolon MTh., merupakan program eko teologi yang menekankan hubungan antar agama dan lingkungan.
“Melalui kegiatan ini, Kementerian Agama berharap nilai-nilai keagamaan dapat terus berkontribusi dalam upaya global mengatasi krisis lingkungan, sekaligus memperkuat spiritualitas umat beragama dalam mencintai dan menjaga alam”, tutupnya. (sur)